Suasana di Lapangan Sepak Bola Desa Kertawangunan Kecamatan Sindangagung Kabupaten Kuningan, Selasa (02/09/2014) tidak seperti hari-hari biasanya. Di pinggir lapang tersebut, tampak ribuan warga tumpah ruah memadati setiap sudut lapang. Di tengah teriknya matahari, mereka larut menyaksikan pergelaran Saptonan dan Panahan Tradisional yang diadakan Panitia Hari-hari Besar Nasional (PHBN) Kabupaten Kuningan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kuningan, dalam rangkaian acara Hari Jadi Ke-516 Kuningan. Saptonan dan Panahan Tradisional, merupakan agenda rutin tahunan Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam memeriahkan hari jadi Kuningan. Namun kali ini pagelaran tersebut tampak lebih meriah karena mengingat lokasinya yang strategis berada di pinggir jalan raya.
Tampak hadir pada acara tersebut, Bupati Kuningan, Hj. Utje Ch Suganda, Wakil Bupati Kuningan, H. Acep Purnama, Ketua DPRD, Rana Suparman, Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, H. Yosep Setiawan, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Para Asisten di Lingkungan Setda Kabupaten Kuningan, Para Staff Ahli Bupati, Para Kepala SKPD, Pimpinan BUMN dan BUMD, Pimpinan Organisasi serta para Camat yang ikut memeriahkan secara langsung dengan memerankan sebagai tumenggung pada masa kerajaan.
Sebelum pergelaran saptonan dan panahan tradisional dimulai, diawali dengan prosesi atau upacara yang menggambarkan keadaan masa kerajaan. Sejumlah peserta pun sudah mempersiapkan unjuk kebolehan untuk mengikuti adu ketangkasan menunggang kuda, dengan mengenakan kostum mirip pada jaman kerajaan.
Sepintas, pergelaran sapton agak mirip dengan pacuan kuda tradisional. Hanya saja, saptonan bukan lomba memacu kuda, tapi merupakan uji ketangkasan menunggangi kuda sambil melempar tombak ke arah ember berisi air yang digantung ditiang atau gawang sapton tersebut.
Sedangkan panahan tradisional, yakni salah satu warisan luluhur Kerajaan Kuningan yang ditularkan kepada rakyatnya agar mampu menggunakan gondewa (busur dan panah) sebagai alat bela diri dalam menghadapi gangguan ketentraman rakyat pada jaman dahulu. Selain itu, mengandung makna pendidikan atau ajaran untuk lebih memusatkan diri dan menahan emosi, sebab dengan jiwa yang tenang biasanya kesuksesan mudah dicapai.
Banyak warga yang penasaran untuk menyaksikan pergelaran yang boleh dibilang langka ini. Buktinya, bukan hanya warga di daerah Kecamatan Sindangagung saja yang turut menyaksikan acara tersebut, namun banyak warga dari kecamatan lain yang datang untuk menyaksikan pergelaran tersebut. ( Sumber : Yudi, Bidang Komunikasi Diskominfo Kuningan ).